Leang Leang Archaeological Park

Taman Arkeologi Leang-Leang merupakan kawasan pelestarian situs purbakala yang terletak di Kelurahan Leang-Leang, Kecamatan Bantimurung, Kabupaten Maros, Sulawesi Selatan. Taman ini menjadi salah satu kawasan arkeologi terpenting di Indonesia dan dunia karena menyimpan jejak kehidupan manusia prasejarah yang telah berusia puluhan ribu tahun. Leang dalam bahasa Bugis dan Makassar berarti “gua”, dan kawasan ini memang dikenal karena keberadaan gua-gua karst yang mengandung lukisan dinding prasejarah tertua yang pernah ditemukan. Lukisan-lukisan tersebut berupa cap tangan manusia dan gambar hewan seperti babi rusa (anoa) yang diperkirakan berumur lebih dari 40.000 tahun. Temuan ini bahkan mengubah pandangan dunia tentang awal mula seni rupa manusia, karena membuktikan bahwa seni gua tidak hanya berkembang di Eropa, tapi juga di Asia Tenggara.
Taman Arkeologi Leang-Leang merupakan bagian dari bentang alam Karst Maros-Pangkep, kawasan karst yang luas dan spektakuler yang telah diakui secara internasional sebagai Warisan Dunia oleh UNESCO. Kawasan ini merupakan habitat alami yang unik dan juga menyimpan nilai sejarah yang luar biasa. Dalam taman ini terdapat lebih dari 20 gua prasejarah, dan beberapa di antaranya telah dibuka untuk umum, seperti Leang Pettae dan Leang Pettakere. Di dalam gua-gua tersebut ditemukan berbagai artefak arkeologis, seperti alat-alat batu, tulang-belulang manusia purba, dan sisa-sisa kehidupan masa lalu yang menunjukkan keberadaan manusia modern awal di kawasan ini.
Selain nilai arkeologisnya, Taman Arkeologi Leang-Leang juga menyuguhkan pesona alam yang memesona. Dikelilingi oleh tebing-tebing kapur yang tinggi dan pepohonan tropis yang rimbun, kawasan ini menjadi tempat wisata yang tidak hanya menawarkan pelajaran sejarah, tetapi juga keindahan alam yang memikat. Suasana yang tenang dan udara yang segar membuatnya cocok untuk dijadikan destinasi edukasi dan rekreasi keluarga. Pemerintah melalui Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Sulawesi Selatan terus melakukan upaya pelestarian dan pengembangan fasilitas wisata agar nilai budaya dan sejarah di kawasan ini tetap terjaga.
Taman Arkeologi Leang-Leang bukan hanya tempat untuk melihat masa lalu, tetapi juga menjadi simbol pentingnya pelestarian warisan budaya bagi generasi masa depan. Melalui kunjungan ke taman ini, masyarakat dan wisatawan dapat belajar tentang asal-usul manusia, perkembangan seni dan budaya purba, serta pentingnya menjaga situs-situs bersejarah. Dengan perpaduan antara nilai ilmiah, sejarah, dan pesona alam yang eksotis, Taman Arkeologi Leang-Leang menjadi destinasi yang sangat layak untuk dikunjungi, baik oleh pelajar, peneliti, maupun wisatawan yang ingin menyelami warisan luar biasa dari peradaban awal manusia di Nusantara.
Leang Pettae
Di dalam Leang Pettae ditemukan lukisan cap tangan berwarna merah, alat-alat batu, serta sisa-sisa tulang dan kerang yang merupakan bekas makanan manusia purba. Gua ini juga menjadi lokasi penemuan kerangka manusia prasejarah, menjadikannya salah satu situs penting untuk memahami kehidupan awal manusia di Sulawesi.

Leang Pettae adalah salah satu situs gua prasejarah yang terletak di Kelurahan Leang-Leang, Kecamatan Bantimurung, Kabupaten Maros, Sulawesi Selatan. Nama “Leang Pettae” berasal dari bahasa Bugis-Makassar, di mana “leang” berarti gua dan “pettae” berarti orang terhormat atau tokoh penting, sehingga gua ini sering diartikan sebagai “Gua Orang Terhormat.” Leang Pettae merupakan bagian dari kawasan Taman Prasejarah Leang-Leang yang terkenal sebagai salah satu tempat tinggal manusia purba tertua di Asia Tenggara. Di dalam gua ini, para arkeolog menemukan berbagai artefak penting seperti alat batu, alat tulang, sisa makanan berupa cangkang kerang, serta yang paling menonjol adalah lukisan dinding bergambar cap tangan manusia dan hewan seperti babi rusa. Lukisan-lukisan ini dibuat dengan teknik semprot menggunakan pigmen alami dan diperkirakan berusia sekitar 35.000 hingga 40.000 tahun, menjadikannya salah satu karya seni tertua di dunia. Selain itu, kerangka manusia purba yang ditemukan di dalam gua ini memberikan gambaran tentang kehidupan awal manusia di wilayah Sulawesi. Leang Pettae tidak hanya berfungsi sebagai tempat tinggal, tetapi juga diperkirakan memiliki nilai spiritual dan budaya yang tinggi bagi masyarakat prasejarah. Hingga kini, Leang Pettae dilestarikan sebagai situs cagar budaya dan menjadi bagian dari kawasan karst Maros-Pangkep yang diusulkan sebagai Warisan Dunia UNESCO. Keunikan dan nilai sejarahnya menjadikan Leang Pettae sebagai destinasi wisata edukatif yang penting, sekaligus bukti nyata bahwa wilayah ini pernah menjadi pusat peradaban manusia ribuan tahun yang lalu.
Leang Pettakere
Di dalam Leang Pettakere terdapat cap tangan prasejarah dan lukisan hewan seperti babi rusa yang berusia lebih dari 35.000 tahun. Gua ini juga menyimpan alat batu dan sisa makanan, menandakan pernah dihuni oleh manusia purba.

Leang Pettakere adalah salah satu gua prasejarah yang paling terkenal di kawasan Taman Arkeologi Leang-Leang, terletak di Kecamatan Bantimurung, Kabupaten Maros, Sulawesi Selatan. Nama “Leang Pettakere” berasal dari bahasa Bugis-Makassar, di mana “leang” berarti gua, “petta” berarti orang yang dihormati atau tokoh penting, dan “kere” berarti suci, sehingga gua ini dapat diartikan sebagai “Gua Tokoh Terhormat yang Suci.” Gua ini dikenal luas karena menjadi tempat ditemukannya berbagai peninggalan arkeologis penting, terutama lukisan prasejarah berupa cap tangan dan gambar hewan seperti babi rusa (babirusa). Terdapat lebih dari dua puluh cap tangan yang dibuat dengan teknik semprot menggunakan pigmen merah alami, yang diperkirakan berusia sekitar 35.000 hingga 40.000 tahun, menjadikannya salah satu lukisan dinding tertua di dunia. Beberapa cap tangan memperlihatkan jari yang tidak lengkap, yang menurut para peneliti mungkin berkaitan dengan praktik ritual atau simbol berkabung masyarakat masa itu. Selain lukisan, ditemukan juga artefak alat batu, alat tulang, serta sisa-sisa makanan seperti kerang dan tulang hewan buruan, yang menunjukkan bahwa Leang Pettakere pernah dihuni oleh manusia pemburu-pengumpul pada masa prasejarah. Gua ini pertama kali diteliti secara ilmiah pada tahun 1973 oleh arkeolog Inggris Ian Glover. Hingga kini, Leang Pettakere menjadi salah satu situs utama dalam kawasan karst Maros-Pangkep yang diusulkan sebagai Warisan Dunia UNESCO karena nilai sejarah dan budaya yang luar biasa. Selain menjadi objek penelitian ilmiah, gua ini kini juga dibuka untuk wisata edukasi dan budaya, menarik wisatawan lokal maupun mancanegara yang ingin menyaksikan jejak tertua ekspresi seni manusia purba di Asia Tenggara.




Wisata Tambang Marmer
Wisata Tambang Marmer Leang-Leang menyajikan pemandangan batu marmer besar, kolam alami dari bekas galian, dan lanskap hijau yang asri. Tempat ini cocok untuk berfoto, bersantai, dan berenang, meski belum dilengkapi fasilitas wisata.
Paket Wisata
Destinasi Wisata yang di kunjungi ketika memakai jasa kami
Pemandu Wisata
Pilih Pemandu Wisata yang Cocok Denganmu

Nama Pemandu
Informasi Pribadi

Nama Pemandu
Informasi Pribadi

Nama Pemandu
Informasi Pribadi

Nama Pemandu
Informasi Pribadi
“Bersama Kami, Setiap Perjalanan Jadi Petualangan Tak Terlupakan!”
Kami berkomitmen dalam memberikan pengalaman wisata yang tidak hanya menyenangkan, tetapi juga penuh kesan dan cerita. Kami percaya bahwa setiap perjalanan memiliki nilai dan momen berharga, dan melalui layanan terbaik, rute menarik, serta pendampingan yang ramah dan profesional, kami hadir untuk menjadikan setiap langkah Anda lebih bermakna. Baik menjelajahi alam, budaya, maupun sejarah lokal, kami siap menjadikan wisata Anda lebih dari sekadar liburan, melainkan petualangan yang akan selalu dikenang.